Global warming atau pemanasan global adalah meningkatnya temperatur suhu rata-rata di atmosfer, laut dan daratan di bumi .Penyebab dari peningkatan yang cukup drastis ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi (yang diolah menjadi bensin, minyak tanah, avtur, pelumas oli) dan gas alam sejenisnya, yang tidak dapat diperbaharui). Pembakaran dari bahan bakar fosil ini melepaskan karbon dioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer bumi. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari Matahari yang dipancarkan ke Bumi.
Penghasil terbesar dari global warming ini adalah negara-negara industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dan lain-lain yang berada di belahan bumi utara. Global warming ini dapat terjadi karena pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat negara-negara utara yang 10 kali lipat lebih tinggi dari penduduk negara selatan yang kebanyakan adalah negara berkembang. Meskipun kontribusinya pada global warming tidak setinggi Negara-negara industri, Negara-negara berkembang juga ikut menghasilkan karbon dioksida dengan meningkatnya industri-industri dan perusahaan tambang (dengan bahan migas, batubara dan yang terutama berbahan baku fosil). Selain itu Negara seperti Indonesia juga ikut mempunyai andil dalam global warming ini karena menyumbangkan kerusakan hutan yang tercatat dalam rekor dunia Guinnes Record of Book sebagai negara yang paling cepat dalam merusak hutannya. Padahal selama ini sudah diketahui bahwa hutan tropis merupakan paru-paru dari bumi dan menyerap paling banyak karbon di udara. Bahkan dari data panel ahli untuk perubahan iklim (IPCC) menempatkan Indonesia pada posisi tiga besar Negara dengan emisi terbesar di bawah Amerika Serikat dan China, hal ini disebabkan oleh asap yang ditimbulkan dari kebakaran lahan dan hutan di Indonesia.
Indonesia mempunyai luas hutan sekitar 126 juta hektar, tapi saat ini terjadi penurunan yang sangat drastis. Menurut data dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), sejak tahun 2000 sampai tahun 2004, hutan yang rusak mencapai 3,4 juta hektar per tahun. Di tahun 2005 menjadi 2,8 juta ha dan di tahun 2006 menurun menjadi 2,73 juta ha. Penebangan hutan di Indonesia kemungkinan semakin meningkat mengingat harga minyak kelapa sawit dunia makin melambung tinggi dan berpotensi menjadi bahan bakar untuk biodiesel, sehingga banyak hutan yang akan disulap menjadi perkebunan kelapa sawit.
Sumber : www.google.com
Rata-rata temperatur permukaan bumi sekitar 15 derajat Celsius(59 derajat Fahrenheit), tapi selam seratus tahun terakhir ini, rata-rata temperatur bumi telah meningkat sebesar 0,6 derajat Celsius (1 derajar Fahrenheit). Para ilmuan memprediksi pemanasan lebih jauh hingga 1,4 – 5,8 derajat Celsius (2,5 – 10,4 derajat Fahrenheit) pada tahun 2100. Di dalam Artikelnya yang berjudul Climatic Change, Jim Hansen mengatakan bahwa kenaikan suhu 1 derajat Celsius saja bisa memicu melelehnya lapisan es di dunia. Proses ini bisa diawali dari Greenland yang bakal melepaskan gunung-gunung es-nya ke lautan. Akibatnya permukaan laut akan naik menjadi beberapa meter. Kenaikan temperatur ini akan menghangatkan lautan, yang mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta menaikkan permukaannya sekitar 9 – 100 cm (4- 40 inchi), menimbulkan gelombang pasang yang sangat dahsyat di daerah pantai, bahkan dapat menenggelamkan pulau-pulau di seluruh dunia. Meunurut ramalannya di tahun 2100, para ilmuwan menyatakan bahwa banyak pulau-pulau kecil di Indonesia akan tenggelam. Beberapa daerah dengan iklim yang hangat seperti di negara-negara tropis akan menerima curah hujan yang lebih tinggi, tetapi tanah juga akan lebih cepat kering. Kekeringan tanah ini akan merusak tanaman, bahkan menghancurkan suplai makanan di beberapa tempat di dunia. Hewan dan tanaman yang tidak mampu bermigrasi ke tempat lain atau beradaptasi dengan perubahan iklim ini akan musnah dan punah.
Menurut temuan Intergovermental Panel and Climate Change (IPCC) yang merupakan sebuah lembaga panel internasional yang beranggotakan lebih dari 100 negara di seluruh dunia, di tahun 2005 terjadi peningkatan suhu di dunia 0,6 – 0,70 (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1,4 – 5,8 derajat Celsius (2,5 – 10,4 derajar Fahrenheit) pada tahun 2100. Sedangkan di Asia peningkatan temperatur rata-rata lebih tinggi sampai mencapai 10 kali lipat. Ketersediaan air di negeri-negeri tropis berkurang sampai 10-30 persen :# akibat melelehnya Gletser (gunung es) seperti pegunungan Himalaya dan mencairnya Kutub Selatan. Seluruh dunia saat ini juga merasakan perubahan ini dengan semakin panjangnya musim panas dan semakin pendeknya musim hujan, selan itu makin maraknya badai dan banjir di kota-kota besar (el Nino atau banjir ROB) di seluruh dunia atau meningkatnya suhu udara yang sangat ekstrem di berbagai tempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar